#4/1 Penjelasan dan Solusi Pembobolan uang pada mesin ATM




1. PENDAHULUAN

ATM (Automatic Teller Machine atau Automated Teller Machine, yang di Indonesia juga kadang merupakan singkatan bagi Anjungan Tunai Mandiri) adalah sebuah alat elektronik yang mengijinkan nasabah bank untuk mengambil uang dan mengecek rekening tabungan mereka tanpa perlu dilayani oleh seorang "teller" manusia. Banyak ATM juga mengijinkan penyimpanan uang atau cek, transfer uang atau bahkan membeli perangko.

Konsep ATM pertama kali lahir pada tahun 1968. Mesin ini ditemukan oleh Don Wetzel, Vice President of Product Planning pada perusahaan Docutel, bersama dengan rekan-rekannya yaitu Tom Barnes, Kepala Mekanik dan George Chastian, seorang insinyur listrik.

Pada perkembangannya, demi menjaga keamanan nasabah, ATM ini tidak terlepas dari kriptografi, terutama pada saat transmisi nomor PIN dari mesin ATM ke pusat data bank. Oleh karena itu pada bab ini akan dijelaskan terlebih dahulu metode-metode kriptografi terkait dan dihubungkan dengan mekanisme kerja ATM secara singkat.


1.1 Metode

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa algoritma yang digunakan dalam meng-enkripsi nomor PIN yang di-entry pengguna sebelum ditransmisikan ke komputer host adalah algoritma DES dengan mode ECB. Berikut akan dijelaskan secara singkat algoritma DES dan mode ECB yang dimaksud.

1.1.1 Algoritma DES

Algoritma DES atau Data Encryption Standard adalah sebuah block cipher yang merupakan kriptografi kunci simetri dan menggunakan algoritma DEA (Data Encryption Algorithm). DES beroperasi pada ukuran blok 64 bit, dengan panjang kunci sama dengan ukuran blok, aitu 64 bit juga, tetapi hanya terpakai 56 bit (8 bit lainnya tidak terpakai).
Pada algoritma DES, setiap blok dienkripsi sebanyak 16 kali putaran dengan kunci internal yang berbeda-beda yang dibangkitkan dari kunci eksternal. Selain itu juga dilakukan permutasi awal dan inversi permutasi awal (kadang disebut permutasi akhir).
2. PEMBAHASAN

Hasil penyelidikan terhadap pelaku pembobolan ATM yang berhasil ditangkap menyebutkan bahwa terdapat beberapa cara yang biasa dilakukan oleh pembobol ATM di Indonesia.

Modus pertama, pelaku mencuri data digital kartu ATM nasabah dengan skimmer yang terpasang di mesin ATM. Kemudian untuk mencuri nomor PIN nasabah, pelaku menggunakan bantuan kamera pengintai yang terpasang di dalam ruang ATM atau dengan mengintip langsung ketika nasabah mengetik nomor PIN. Pelaku kemudian menyalin data ke kartu palsu dan selanjutnya menguras tabungan nasabah.

Modus kedua, pelaku memasang suatu alat di dalam mesin ATM untuk menjepit kartu ketika nasabah memasukkan kartu. Pelaku juga memasang stiker palsu di body mesin. Di stiker tertulis nomor hotline palsu yang dapat dihubungi jika mengalami gangguan. Setelah kartu tertahan di dalam mesin, korban kemudian menghubungi nomor hotline tersebut dan diterima oleh petugas bank gadungan. Petugas palsu tersebut lalu berpura-pura meminta identitas nasabah, seperti nama, alamat, tanggal lahir. Kemudian pada akhirnya dia meminta nomor PIN. Lalu petugas menyuruh korban untuk pergi dan mengambil kartunya di kemudian hari. Setelah korban pergi, pelaku kemudian mendatangi mesin ATM dan mengambil kartu korban lalu menguras isi dari tabungannya.

Modus ketiga hampir sama dengan modus kedua. Namun pada modus ketiga, pelaku tidak menggunakan stiker, tetapi pelaku sendiri yang menghampiri korban dan menyarankan kepada korban untuk menghubungi call center 14000. Namun ketika dihubungi, yang menerima panggilan adalah operator palsu.. Selanjutnya sama dengan modus ketiga.

Modus keempat, pelaku mencuri data digital kartu ATM beserta nomor PIN lalu menjualnya kepada pelaku lain seharga Rp 1 juta per data.

Modus kelima, pelaku menyadap transmisi antara mesin ATM dengan komputer host di bank pusat, kemudian berusaha mendekripsi nomor PIN yang telah terenkripsi dengan pendekatan known plaintext attack atau bahkan dengan chosen plaintext attack.

Modus pertama hingga modus keempat merupakan masalah teknis yang tidak terlalu berkaitan dengan masalah kriptografi. Sedangkan modus kelima termasuk salah satu serangan terhadap kriptografi dimana terdapat kriptanalis yang berusaha memecahkan ciphertext yang telah dibuat.

Aksi yang dilakukan oleh pembobol ATM pada modus kelima diatas kurang lebih dapat digambarkan sebagai berikut :
Pertama-tama, kriptanalis ke-1 masuk ke dalam bilik ATM lalu meng-entry-kan beberapa alternatif nomor


PIN, baik itu secara acak maupun ditentukan sedemikian sehingga mengarah kepada ditemukannya kunci serta algoritma yang sesuai. Nomor PIN tersebut akan ditransmisikan melalui jaringan dari mesin ATM ke komputer host di pusat data bank. Pada saat yang sama, kriptanalis ke-2 melakukan penyadapan terhadap jaringan tersebut untuk mendapatkan nomor PIN yang telah dienkripsi oleh sistem. Setelah itu para kriptanalis mempelajari padanan antara plaintext dan ciphertext yang telah didapat tadi untuk kemudian melakukan deduksi kunci k.

3. KESIMPULAN DAN SARAN


Pembobolan ATM yang terjadi beberapa waktu ke belakang dilakukan dengan berbagai macam modus/cara, salah satunya adalah dengan melakukan serangan terhadap kriptografi. Kriptanalis menyadap transmisi dari mesin ATM ke host bank pusat, kemudian melakukan chosen plaintext attack terhadap nomor PIN yang dimasukkan pengguna.

Beberapa solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menambah kerumitan algoritma enkripsi nomor PIN, sehingga sulit dipecahkan kuncinya. Selain itu, pemanjangan digit nomor PIN juga dapat mempersulit kriptanalis melakukan pemecahan.





No comments:

Post a Comment