Rencana Setelah Lulus Kuliah

Semua maunusia memiliki tujuan hidup yang berbeda – beda, untuk mencapai tujuan tersebut kita harus memiliki rencana (planning). Saya memilih tujuan hidup saya dengan berhasil di dunia teknologi informasi.

            Dengan ini saya memulai pendidikan serta mengabdikan diri saya di universitas swasta terkenal di Indonesia, yaitu universitas Gunadarma. Saya mengambil fakultas yang sekiranya mendukung agar tujuan saya tercapai, yaitu fakultas ilmu komputer dan teknologi informasi, jurusan sistem informasi.
            Dengan berbagai macam tugas dan diberi latihan (training) yang dengan tidak mudah diselesaikan, membuat saya terlatih untuk mengetahui bagaimana cara menggunakan tekhnologi terbaru dan ketika suatu saat saya mengalami masalah, saya dapat menanggapinya sendiri.


            Ketika berbagai latihan dan pengembangan diri serta penilaian yang telah saya jalani. serta ketika suatu saat saya lulus kuliah, langkah kedepan agar tujuan yang telah saya tetapkan tercapai, saya akan memilih peluang yang tepat. Serta mencari pekerjaan yang layak dan sesuai dengan jurusan saya.
            Kemudian rencana yang saya tetapkan selanjutnya, saya menciptakan sebuah lapangan pekerjaan, karena tujuan saya selain mendapat pekerjaan untuk diri sendiri, tetapi saya juga memiliki keinginan untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain.

 
            Seperti yang kita ketahui banyak orang Indonesia yang tidak bekerja, bukan karena mereka tidak memiliki kemampuan dan pengalaman pendidikan, hanya saja wadah untuk mereka menyalurkan kemampuannya tersebut sangat minimal, tidak sebanding dengan jumlah penduduk di Indonesia.
            Semakin banyaknya universitas didirikan di Indonesia, semakin banyak pula orang-orang yang membutuhkan pekerjaan. semakin sedikit lapangan pekerjaan untuk memberi peluang mereka pekerjaan.
            Maka dari itu saya lebih memiliki tujuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang - orang yang mempunyai keinginan kuat untuk membangun ekonomi daerah sekitar.

Deskripsi CMMI ( Capability Maturity Model Integrated )



Latar Belakang CMMI
Tujuan awal dirumuskannya CMMI adalah untuk mendukung proses tender di lingkungan Departemen Pertahanan Amerika Serikat (US-DoD). Mereka ingin memiliki sistem penilaian terhadap semua vendor yang mengajukan proposal. Untuk itu dirumuskanlah sistem penilaian vendor berupa Maturity Level (Maturity Level).
Maturity Level di CMMI ada 5, mulai dari yang terendah Maturity Level 1 hingga Maturity Level 5. Bila perusahaan telah mencapai Maturity Level-5, maka perusahaan tersebut bisa ikut dalam tender proyek software Rudal Patriot. Tidak terlalu dijelaskan apa itu Rudal Patriot. Setiap Maturity Level memiliki seperangkat Process Area yaitu Generic Practices (GP) dan Specific Practices (SP) yg harus dipenuhi agar perusahaan berhak menggunakan titel Maturity Level tersebut. Sebagai contoh, bila perusahaan ingin lulus Maturity Level-2, maka perusahaan harus mengimplementasikan 7 process area. Untuk mencapai Maturity Level-3, perusahaan harus mengimplementasikan 7 process area dari Maturity Level-2 ditambah dengan 11 process area dari Maturity Level-3. Demikian seterusnya, sehingga Maturity Level-5 yang sudah mengimplementasikan 22 process area.

Bila perusahaan sama sekali belum mengimplementasikan apa-apa, perusahaan dikategorikan sebagai Maturity Level-1. Level ini diadakan sebagai hiburan bagi perusahaan yang sudah ikut SCAMPI Class A, tapi tidak lulus bahkan di Maturity Level-2.
CMMI
Capability Maturity Model Integration (CMMI) merupakan suatu model pendekatan dalam penilaian skala kematangan dan kemampuan sebuah organisasi perangkat lunak. CMMI pada awalnya dikenal sebagai Capability Maturity Model (CMM) yang dikembangkan oleh Software Enginnering Institute di Pittsburgh pada tahun 1987. Namun perkembangan selanjutnya CMM menjadi CMMI. CMMI mendukung proses penilaian secara bertingkat. Penilaiannya tersebut berdasarkan kuisioner dan dikembangkan secara khusus untuk perangkat lunak yang juga mendukung peningkatan proses.
CMMI memiliki 4 aturan yang dapat disesuaikan menurut organisasisoftw are, yakni: System Engineering(SE), Software Engineering(SW ), Integrated Product and Process Development (IPPD), dan Supplier Sourcing (SS).
CMMI terdiri dari rangkaian practices. Dalam rangkaian practices ini ada rambu-rambu atau rekomendasi yang dapat diikuti. Practices dalam CMMI dibagi menjadi dua, yaitu Generic Practices (GP) dan Specific Practices (SP). Bila kita sudah mengimplementasikan practices dengan sempurna, kita dianggap sudah memenuhi Goals. Sama seperti practices, ada Generic Goals (GG) dan Specific Goals (SG). SG dan SP dikelompokkan menjadi Process Area (PA). Total ada 22 Process Area dalam CMMI for Development versi 1.2. 22 Process Area tersebut dapat dilihat dalam gambar di bawah…
Proses area CMMI



CMMI vs. ISO
Perbedaan CMMI dan ISO terletak pada ketelitiannya. Bila kita ingin perusahaan kita mendapat sertifikasi ISO, perusahaan kita harus memiliki Standard Operating Procedure (SOP) yang tertulis. Kemudian kita harus membuktikan pada badan sertifikasi bahwa SOP tersebut kita jalankan dengan baik. Apa saja yang kita tulis dalam SOP bebas terserah kita. ISO tidak mengatur sampai ke tingkat itu.
Berbeda dengan CMMI, selain kita punya SOP, dia punya aturan khusus tentang isi SOP. Misalnya, kalau kita melakukan analisa kebutuhan (requirement gathering), ada beberapa aturan yang harus diikuti, misalnya:
  • Pernyataan kebutuhan user harus dicatat
  • Pernyataan kebutuhan harus dikonfirmasi ke user
  • kebutuhan harus disetujui kedua pihak
  • Kalau ada perubahan, harus dicatat
  • Antara kebutuhan dan software yang dideliver, harus bisa dilacak bolak-balik
Singkatnya, jika perusahaan telah lulus ISO, belum tentu perusahaan tersebut lulus CMMI. Sebaliknya, perusahaan telah lulus CMMI, besar kemungkinan perusahaan tersebut akan langsung lulus ISO bila mengikut sertifikasinya.
Keuntungan CMMI
Beberapa keuntungan yang diperoleh saat perusahaan menerapkan CMMI:
    • Penilaian studi kualitas (assessing) atas proses kematangan (maturity) terkini.
    • Meningkatkan kualitas struktur organisasi dan pemrosesan dengan mengikuti pendekatan best-practice.
    • Digunakan dalam proses uji-kinerja (benchmarking) dengan organisasi lainnya.
    • Meningkatkan produktivitas dan menekan resiko proyek.
    • Menekan resiko dalam pengembangan perangkat lunak.
    • Meningkatkan kepuasan pelanggan.
    • Mempunyai fitur-fitur yang bersifat institusional, yaitu komitmen, kemampuan untuk melakukan sesuatu, analisis dan pengukuran serta verifikasi implementasi.
    • Tersedianya “Road Map” untuk peningkatan lebih lanjut.
Stage-stage dalam CMMI



Stage CMMI
Model CMMI menempatkan organisasi pada lima level proses maturity yang memiliki indikasi kenyamanan dan kualitas produk. Lima level tersebut adalah :
  • Maturity level 1 – Initialized
Pada ML1 ini proses biasanya berbentuk ad hoc. Sukses pada level ini didasarkan pada kerja keras dan kompetensi yang tinggi orang-orang yang ada di dalam organisasi tersebut atau dapat juga dikatakan perusahaan ini belum menjalankan tujuan dan sasaran  yang telah didefinisikan oleh CMMI.
  • Maturity level 2 – Managed.
Pada ML2 ini sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals pada Level 2. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan dengan proses-proses yang terjadi saling menyesuaikan diri agar dapat diambil kebijakan. Setiap orang yang berada pada proses ini dapat mengakses sumber daya yang cukup untuk mengerjakan tugas masing-masing. Setiap orang terlibat aktif pada proses yang membutuhkan. Setiap aktivitas dan hasil pekerjaan berupa memonitor, mengontrol, meninjau, serta mengevaluasi untuk menjaga kekonsistenan pada deskripsi yang telah diberikan.
  • Maturity level 3 – Defined.
Pada ML3 ini sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals pada Level 2 dan Level 3. Proses dicirikan dengan terjadinya penyesuaian dari kumpulan proses standar sebuah organisasi menurut pedoman-pedoman pada organisasi tersebut, menyokong hasil kerja, mengukur, dan proses menambah informasi lain menjadi milik organisasi.
  • Maturity level 4 – Quantitatively Managed.
Pada ML4 ini, sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals yang ada pada Level 2, 3, dan 4. Proses yang terjadi dapat terkontrol dan ditambah menggunakan ukuran-ukuran dan taksiran kuantitatif. Sasaran kuantitatif untuk kualitas dan kinerja proses ditetapkan dam digunakan sebagai kreteria dalam manajemen proses.
  • Maturity level 5 – Optimizing.
Pada ML5 ini suatu organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals yang ada di Level 2, 3, 4, dan 5. ML5 fokus kepada peningkatan proses secara berkesinambungan melalui inovasi teknologi.
Perusahaan Internasional yang mengimplementasikan CMMI:
Huawei (CMMI Level 5)
Litbang di Huawei menjadi bagian terpenting dari industri teknologi baik software maupun hardware. Inilah yang membuat Huawei terbukti responsif terhadap kebutuhan masa depan dan masa kini pelanggan. Investasi di area ini penting untuk terus-menerus mengembangkan teknologi, solusi dan layanan yang tujuan akhirnya adalah memaksimalkan keuntungan dan memberikan nilai tambah bagi pelanggan.
Pada akhir September 2008, sekitar 44% dari total 96.800 karyawan Huawei terlibat dalam R&D. Sebagai bagian terintegrasi dari keseluruhan proses, Huawei menanamkan kembali 10% pendapatan dari hasil penjualannya untuk riset dan pengembangan di mana 10% tersebut diarahkan untuk mendanai pengembangan berbagai teknologi mutakhir dan teknologi dasar setiap tahunnya.
Perusahaan Internasional lainnya yang meraih level maturity 5 adalah Toshiba, NASA dan ATSI (The Association of Thai Software Industry).


Sumber :

CMMI for Services: Guidelines for Superior Service


Forrester Eileen C. | Addison-Wesley Professional