Latar
Belakang CMMI
Tujuan awal
dirumuskannya CMMI adalah untuk mendukung proses tender di lingkungan
Departemen Pertahanan Amerika Serikat (US-DoD). Mereka ingin memiliki sistem
penilaian terhadap semua vendor yang mengajukan proposal. Untuk itu
dirumuskanlah sistem penilaian vendor berupa Maturity Level (Maturity Level).
Maturity
Level di CMMI ada 5, mulai dari yang terendah Maturity Level 1 hingga Maturity
Level 5. Bila perusahaan telah mencapai Maturity Level-5, maka perusahaan
tersebut bisa ikut dalam tender proyek software Rudal Patriot. Tidak terlalu
dijelaskan apa itu Rudal Patriot. Setiap Maturity Level memiliki seperangkat
Process Area yaitu Generic Practices (GP) dan Specific Practices (SP) yg harus
dipenuhi agar perusahaan berhak menggunakan titel Maturity Level tersebut.
Sebagai contoh, bila perusahaan ingin lulus Maturity Level-2, maka perusahaan
harus mengimplementasikan 7 process area. Untuk mencapai Maturity Level-3,
perusahaan harus mengimplementasikan 7 process area dari Maturity Level-2
ditambah dengan 11 process area dari Maturity Level-3. Demikian seterusnya,
sehingga Maturity Level-5 yang sudah mengimplementasikan 22 process area.
Bila perusahaan sama sekali belum mengimplementasikan apa-apa, perusahaan dikategorikan sebagai Maturity Level-1. Level ini diadakan sebagai hiburan bagi perusahaan yang sudah ikut SCAMPI Class A, tapi tidak lulus bahkan di Maturity Level-2.
Bila perusahaan sama sekali belum mengimplementasikan apa-apa, perusahaan dikategorikan sebagai Maturity Level-1. Level ini diadakan sebagai hiburan bagi perusahaan yang sudah ikut SCAMPI Class A, tapi tidak lulus bahkan di Maturity Level-2.
CMMI
Capability
Maturity Model Integration (CMMI) merupakan suatu model pendekatan dalam penilaian
skala kematangan dan kemampuan sebuah organisasi perangkat lunak. CMMI pada
awalnya dikenal sebagai Capability Maturity Model (CMM) yang dikembangkan oleh
Software Enginnering Institute di Pittsburgh pada tahun 1987. Namun
perkembangan selanjutnya CMM menjadi CMMI. CMMI mendukung proses penilaian
secara bertingkat. Penilaiannya tersebut berdasarkan kuisioner dan dikembangkan
secara khusus untuk perangkat lunak yang juga mendukung peningkatan proses.
CMMI
memiliki 4 aturan yang dapat disesuaikan menurut organisasisoftw are, yakni:
System Engineering(SE), Software Engineering(SW ), Integrated Product and
Process Development (IPPD), dan Supplier Sourcing (SS).
CMMI terdiri
dari rangkaian practices. Dalam rangkaian practices ini ada rambu-rambu atau
rekomendasi yang dapat diikuti. Practices dalam CMMI dibagi menjadi dua, yaitu
Generic Practices (GP) dan Specific Practices (SP). Bila kita sudah
mengimplementasikan practices dengan sempurna, kita dianggap sudah memenuhi
Goals. Sama seperti practices, ada Generic Goals (GG) dan Specific Goals (SG).
SG dan SP dikelompokkan menjadi Process Area (PA). Total ada 22 Process Area
dalam CMMI for Development versi 1.2. 22 Process Area tersebut dapat dilihat
dalam gambar di bawah…
Proses area
CMMI
CMMI vs. ISO
Perbedaan
CMMI dan ISO terletak pada ketelitiannya. Bila kita ingin perusahaan kita
mendapat sertifikasi ISO, perusahaan kita harus memiliki Standard Operating
Procedure (SOP) yang tertulis. Kemudian kita harus membuktikan pada badan
sertifikasi bahwa SOP tersebut kita jalankan dengan baik. Apa saja yang kita
tulis dalam SOP bebas terserah kita. ISO tidak mengatur sampai ke tingkat itu.
Berbeda
dengan CMMI, selain kita punya SOP, dia punya aturan khusus tentang isi SOP.
Misalnya, kalau kita melakukan analisa kebutuhan (requirement gathering), ada
beberapa aturan yang harus diikuti, misalnya:
- Pernyataan kebutuhan user harus dicatat
- Pernyataan kebutuhan harus dikonfirmasi ke user
- kebutuhan harus disetujui kedua pihak
- Kalau ada perubahan, harus dicatat
- Antara kebutuhan dan software yang dideliver, harus bisa dilacak bolak-balik
Singkatnya,
jika perusahaan telah lulus ISO, belum tentu perusahaan tersebut lulus CMMI.
Sebaliknya, perusahaan telah lulus CMMI, besar kemungkinan perusahaan tersebut
akan langsung lulus ISO bila mengikut sertifikasinya.
Keuntungan
CMMI
Beberapa
keuntungan yang diperoleh saat perusahaan menerapkan CMMI:
- Penilaian studi kualitas (assessing) atas proses kematangan (maturity) terkini.
- Meningkatkan kualitas struktur organisasi dan pemrosesan dengan mengikuti pendekatan best-practice.
- Digunakan dalam proses uji-kinerja (benchmarking) dengan organisasi lainnya.
- Meningkatkan produktivitas dan menekan resiko proyek.
- Menekan resiko dalam pengembangan perangkat lunak.
- Meningkatkan kepuasan pelanggan.
- Mempunyai fitur-fitur yang bersifat institusional, yaitu komitmen, kemampuan untuk melakukan sesuatu, analisis dan pengukuran serta verifikasi implementasi.
- Tersedianya “Road Map” untuk peningkatan lebih lanjut.
Stage-stage dalam CMMI
Stage CMMI
Model CMMI
menempatkan organisasi pada lima level proses maturity yang memiliki indikasi
kenyamanan dan kualitas produk. Lima level tersebut adalah :
- Maturity level 1 – Initialized
Pada ML1 ini
proses biasanya berbentuk ad hoc. Sukses pada level ini didasarkan pada kerja
keras dan kompetensi yang tinggi orang-orang yang ada di dalam organisasi
tersebut atau dapat juga dikatakan perusahaan ini belum menjalankan tujuan dan
sasaran yang telah didefinisikan oleh CMMI.
- Maturity level 2 – Managed.
Pada ML2 ini
sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals pada Level
2. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan dengan proses-proses yang terjadi
saling menyesuaikan diri agar dapat diambil kebijakan. Setiap orang yang berada
pada proses ini dapat mengakses sumber daya yang cukup untuk mengerjakan tugas
masing-masing. Setiap orang terlibat aktif pada proses yang membutuhkan. Setiap
aktivitas dan hasil pekerjaan berupa memonitor, mengontrol, meninjau, serta mengevaluasi
untuk menjaga kekonsistenan pada deskripsi yang telah diberikan.
- Maturity level 3 – Defined.
Pada ML3 ini
sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals pada Level
2 dan Level 3. Proses dicirikan dengan terjadinya penyesuaian dari kumpulan
proses standar sebuah organisasi menurut pedoman-pedoman pada organisasi
tersebut, menyokong hasil kerja, mengukur, dan proses menambah informasi lain
menjadi milik organisasi.
- Maturity level 4 – Quantitatively Managed.
Pada ML4
ini, sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals yang
ada pada Level 2, 3, dan 4. Proses yang terjadi dapat terkontrol dan ditambah
menggunakan ukuran-ukuran dan taksiran kuantitatif. Sasaran kuantitatif untuk
kualitas dan kinerja proses ditetapkan dam digunakan sebagai kreteria dalam
manajemen proses.
- Maturity level 5 – Optimizing.
Pada ML5 ini
suatu organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals yang ada di
Level 2, 3, 4, dan 5. ML5 fokus kepada peningkatan proses secara berkesinambungan
melalui inovasi teknologi.
Perusahaan
Internasional yang mengimplementasikan CMMI:
Huawei (CMMI
Level 5)
Litbang di
Huawei menjadi bagian terpenting dari industri teknologi baik software maupun
hardware. Inilah yang membuat Huawei terbukti responsif terhadap kebutuhan masa
depan dan masa kini pelanggan. Investasi di area ini penting untuk
terus-menerus mengembangkan teknologi, solusi dan layanan yang tujuan akhirnya
adalah memaksimalkan keuntungan dan memberikan nilai tambah bagi pelanggan.
Pada akhir
September 2008, sekitar 44% dari total 96.800 karyawan Huawei terlibat dalam
R&D. Sebagai bagian terintegrasi dari keseluruhan proses, Huawei menanamkan
kembali 10% pendapatan dari hasil penjualannya untuk riset dan pengembangan di
mana 10% tersebut diarahkan untuk mendanai pengembangan berbagai teknologi
mutakhir dan teknologi dasar setiap tahunnya.
Perusahaan
Internasional lainnya yang meraih level maturity 5 adalah Toshiba, NASA dan
ATSI (The Association of Thai Software Industry).
Sumber :
CMMI for Services: Guidelines for Superior Service
Forrester Eileen C. | Addison-Wesley Professional